Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Masalah-masalah yang menuntut Inovasi Pendidikan


Inovasi dalam pendidikan merupakan reaksi para ahli pendidikan dan perencanaan pembangunan terhadap tekanan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan sendiri yang dari tahun-ketahun makin dirasakan berat dan mendesak (Suryobroto, 1990 : 129).

Secara nasional maupun global masalah-masalah ini berkisar pada pokok-pokok sebagai berikut (Hasbullah, 2001 : 189, 190, 191).
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dipungkiri, mengakibatkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan Bangsa Indonesia.

Diakui bahwa sistem pendidikan yang kita miliki dan dilaksanakan selama ini masih belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut, sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif dan aktif, yang sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat luas. Bagaimanapun berkembangnya ilmu pengetahuan modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan yang terus-menerus.

2. Pertambahan penduduk
Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat tentunya menuntut adanya perubahan-perubahan, sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara komulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.

Kenyataan tersebut menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan sangat tidak seimbang. Hal inilah juga yang menyebabkan sulitnya menentukan bagaimana relevansi pendidikan dengan dunia kerja sebagai akibat tidak seimbangnya antara out put lembaga pendidikan dengan kesempatan yang tersedia.

3. Meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Munculnya gerakan inovasi pendidikan berkaitan erat dengan adanya berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapai oleh dunia pendidikan dewasa ini, yang salah satu penyebabnya adalah kemajuan IPTEK.

Kemajuan IPTEK yang terjadi senantiasa mempengaruhi aspirasi masyarakat, dimana pada umumnya mereka mendambakan pendidikan yang lebih baik, padahal disatu sisi kesempatan untuk itu sangat terbatas, sehingga terjadilah kompetisi atau persaingan yang sangat ketat. Berkenaan dengan ini pula sekarang bermunculan sekolah-sekolah favorit, plus, bahkan unggulan.

4. Menurunnya Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan yang dirasakan semakin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sejumlah perubahan, sebab bila tidak demikian, jelas akan berakibat fatal dan akan terus ketinggalan.

5. Kurang adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang membangun.
Bagaimanapun dalam era modern sekarang, masyarakat menuntut adanya lembaga pendidikan yang benar-benar mampu diharapkan, terutama yang siap pakai dengan dibekali skill yang diperlukan dalam pembangunan.

Umumnya kurang sesuainya materi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat telah diatasi dengan menyusun kurikulum baru. Oleh karena itu dari perkembangan yang ada di Indonesia kita ketahui telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Hal ini dilakukan adalah dalam upaya mengatasi masalah relevansi.

Dengan kurikulum baru inilah anak-anak dibina kepribadiannya melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Aspek keterampilan merupakan unsur kurikulum baru yang selalu mendapatkan perhatian khusus dan prioritas utama.

6. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang di tuntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. Kenyataan seperti ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan wawasan masyarakat untuk membangun dirinya kepada kemajuan-kemajuan.

Secara lebih terperinci dengan contoh-contoh dan angka-angka, masalah pokok tersebut telah sering diterangkan dalam berbagai pernyataan dan laporan resmi pimpinan Departemen pendidikan.

Masalah-masalah itu semua menuntut kita untuk meninggalkan konsepsi-konsepsi dan cara-cara kerja tradisional dan linier, dan harus berani mengembangkan pendekatan-pendekatan alternatif yang inovatif, dengan jalan menjelajahi, mencobakan dan menetapkan orientasi dan struktur baru dalam pendidikan.

Karena pandangan tradisional itu maka banyak tumbuh daerah-daerah “angker” atau mitos-mitos, dan kalau ada orang yang mau merobahnya, maka ramailah orang yang mempergunjingkan tanpa mempertimbangkan informasi dan pengalaman riil yang mendesak kini dan masa datang, dan yang perlu diubah sesungguhnya tidak akan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendesak kini dan masa yang akan datang, dan yang perlu diubah segera dengan cara-cara yang mantap.

Mitos-mitos ini misalnya ialah, bahwa keadaan pendidikan sekarang biarpun belum baik belum tentu bertambah baik kalau diadakan pembaharuan, bahwa umur permulaan belajar ialah umur 7 tahun bahwa pendidikan dasar harus berlangsung 6 tahun bahwa bakal pelajaran yang baik harus diberikan selama 5 sampai 6 jam sehari, bahwa dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan faktor-faktor lain, akan membantu pembangunan negara, “alat” (learning) paling baik terjadi di sekolah, dan karenanya sekolah disamakan dengan pendidikan, dan masih banyak lagi, termasuk mitos yang menyatakan bahwa prestasi murid perempuan akan terganggu kalau jambul rambutnya menutupi sebagian dahi dan matanya (Suryosubroto, 1990 : 130, 131).



Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com

Post a Comment for "Masalah-masalah yang menuntut Inovasi Pendidikan"